"....SIAPAPUN BISA JADI SARJANA, TAPI TAK SEMUA DAPAT MENJADI INTELEKTUAL...."
Saya tidak pernah memandang penting "kesatuan yang berwujud" (baca:entitas) dunia pendidikan, gelar akademis dan sederet hal-hal formalitas dalam intelektualitas. Karena intelektualitas tidak akan pernah bisa dibangun oleh entitas, dan bahwasannya entitas itu juga berisi manusia-manusia yang juga tak pernah jelas ukurannya. Ketika kamu terobsesi pada formalitas intelektualitas, di saat itulah kamu dilatih untuk menjadi burung beo atas pemikiran orang lain, kehilangan orisinalitas dan gagal mencari ilmu secara otodidak, kamu akan gagal membangun metode sistematika dirimu sendiri, kedisiplinanmu adalah kedisiplinan intelektual imitasi yang diciptakan oleh arus besar mainstream.
Gelar kesarjanaan adalah wujud sakralitas dunia pendidikan, tapi yang paling mengenaskan adalah ketika gelar tersebut cuma dipakai hanya untuk sekedar menjadi embel-embel simbol tambahan pada nama belakang kartu undangan pernikahan. Pendidikan saat ini berbasis industrialisasi, implikasinya melahirkan kompetisi, kompetisi yang sudah sepatutnya bermuara pada kemajuan pola pikir, bukan pada panjangnya titel berderet-deret tetapi hampa kritisisme. Pada akhirnya intelektual demikian tidak lebih dari budak pasar, yang akan terus menerus bertransformasi menjadi kuda troya korporasi besar.
Kini dunia mengarah pada simetrisnya arus informasi, dimana semua orang dengan mudah mendapatkan hak akses terhadap banyaknya informasi, era internet lambat laun mendegradasi tingginya nilai akademik yang dibentuk dalam entitas kesarjanaan. Sebab internet adalah jendela ilmu pengetahuan yang nyata, ia akan membentuk realitas akademik yang menjadi induk pemberian gelar menjadi tanpa batasan. Dimasa depan, gelar tidak akan lagi penting sebagai simbol kecerdasan atau intelektualitas, justru generasi yang melek internet lah yang akan memiliki kecerdasan revolusioner daripada mereka-mereka yang sibuk berkutat pada formalitas akademik. Gelar hanyalah simbol, selama paradigma dan pola pikirmu masih terimitasi oleh ilmu copy paste para akademisi bergelar profesor doktor, itu semua tiadalah berarti, sejauh gelar itu bisa kamu dapatkan dengan cara yang instant.
Kamu boleh saja memiliki gelar pendidikan yang berderet-deret, lulus masuk kerja di korporasi besar paling bergengsi, naik gaji sebagai Pegawai Negeri karena gelar panjang yang disandang, tapi tanpa mengenal realitas dunia, miskin filsafat, minim wawasan bacaan, tak pernah bermimpi dan berimajinasi, kamu tidak lebih dari ternak yang pandai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar