Pada sekitar tahun 1850, penduduk Soviet hanya 73,75 juta jiwa saja. Rupanya pada masa ini mereka beranak pinak seperti tikus, tingkat kesehatan membaik sehingga tingkat kematian anak juga turun. Populasi meledak menjadi 124,50 juta jiwa di tahun 1900. Kemudian meningkat lagi menjadi 156,19 ditahun 1913, empat (4) tahun sebelum Revolusi Bolshevik. Artinya, kepemilikan tanah pertanian mengkerut dari 5 hektar lebih per orang menjadi kurang dari 3 hektar per orang, Itupun banyak yang dimiliki oleh tuan tanah. Sektor industri tidak semaju di negara barat. Hal ini membuat tekanan ekonomi dan tekanan sosial yang kemudian melahirkan kaum radikal yang mempelopori pemberontakan. Ketika Revolusi Bolshevik terjadi, para founding father dari Russia berpikir bahwa mereka tahu persoalan yang dihadapi oleh rakyat Russia dan berpikir bahwa mereka punya penyelesaiannya. Mereka pikir bahwa persoalan rakyat kekaisaran Russia adalah kemelaratan dan biang keroknya adalah tuan tanah, pemilik modal dan para kaum borjuis yang mengangkangi mesin-mesin produksi. Para pemilik modal dan kaum borjuis ini harus dibasmi dan semua sistem produksi harus dikuasai oleh negara.
Negara menurut teorinya komunis adalah terdiri dari pekerja, petani dan tentara. Ide itu sederhana dan mudah dicerna, oleh sebab itu mudah memperoleh dukungan rakyat. Maka tahun 1918 dibuatlah konstitusi negara Federasi Russia Soviet untuk membuat ide itu resmi dan agar negara nantinya bisa mewujudkan ide itu. Konstitusi Federasi Soviet Russia 1918 diganti menjadi konstitusi 1923 setelah terjadi penguasaan tanah dan mesin-mesin produksi oleh negara serta bergabungnya beberapa negara sosialis, hasilnya Uni Republik Sosialis Soviet (USSR)yang resmi berdiri tahun 1922. Ide komunisme dan sosialisme menjalar kemana-mana, sampai ke Eropa Timur, Korea Utara, Cina, karena sederhana dan mudah dicerna. Di konstitusi Indonesiapun ada nafas campur tangan pemerintah atas hajat hidup orang banyak, yaitu UUD 45 pasal 33, penguasaan oleh pemerintah sektor-sektor yang mempengaruhi hajat hidup orang banyak serta sumber daya alam.
Untuk kemakmuran yang merata, sistem produksi harus dikuasai oleh negara. Dan negara menurut konstitusi adalah pekerja, petani dan tentara. Tentu saja itu teori, tetapi kenyataannya jelas lain. Petani tempatnya di ladang dan sawah; pekerja di pabrik. Dan politikus tetaplah di gedung parlemen dan di istana negara. Tentara di barak dan siap menunggu perintah politikus. Kalau tidak percaya lihat saja data di lapangan. Lenin adalah sarjana hukum yang sejak mahasiswa sudah aktif dalam bidang politik. Stalin bukan petani, buruh atau tentara tetapi politikus bawah tanah yang dicari polisi Czar karena melakukan propaganda, menggalang dana dengan merampok bank, menculik untuk minta uang tebusan dan pemerasan. Mao juga tidak mencangkul di ladang. Walaupun Lenin bukan buruh, Stalin bukan petani, Mao Zedong juga tidak mencangkul di sawah, melainkan mereka hidup dan kerja di gedung, politikus seperti mereka ini berpikir mereka tahu apa persoalan yang ada di masyarakat dan mereka pikir bahwa mereka tahu penyelesaiannya. Sayangnya hidup ini kompleks dan tidak sesederhana pemikiran mereka.
Ketika ide-ide mereka dijalankan, ternyata hasilnya hanya membuat kesengsaraan, setidaknya menghambat proses pemakmuran masyarakat. Pemerintah bukan organisme makhluk hidup yang perduli dan punya motivasi untuk melakukan hal yang benar dan secara benar. Mereka (politikus dan birokrat) adalah sekumpulan individu yang mengejar kepentingannya sendiri. Ide bahwa sektor-sektor yang mempengaruhi hajat hidup orang banyak, kekayaan alam dan sumber daya mineral dikuasai oleh negara mengalami metamorfosa menjadi kekayaan yang dikuasai oleh birokrat dan politikus. Paling tidak mereka memperoleh porsi yang besar dari pada rakyatnya. Politikus dan birokrat yang menguasai sumber alam dan orang lain yang melakukan kerja kerasnya. Pola seperti ini menjadi magnit daya tarik untuk menjadi anggota partai, politikus dan birokrat. Sehingga akhirnya birokrasi dan partai membengkak. Parasit menjadi gemuk dan akhirnya mematikan induk tumpangannya. Dipihak lain ide sosialisme bagai candu bagi masyarakat yang dalam jiwanya terlatih mengharap subsidi dan makan gratis tanpa perduli dari mana asalnya, siapa memikul bebannya, dan bagaimana memperolehnya.
Akhirnya kalau semua berpikir seperti itu, siapa yang mau kerja riil untuk kemakmuran? Tentu saja masih ada, tetapi orang-orang yang produktif dan punya motivasi untuk bekerja secara benar dengan cara yang benar merasa dieksploitasi dan mencari jalan keluar. Dan salah satu jalan keluarnya ialah hengkang ke luar negri. Walaupun pemerintah mencoba mencegah, pelarian-pelarian ini terus berlangsung dan penghambatan jalur kemakmuran bertambah. Dan sebagai pembandingnya ialah GDP negara-negara Eropa Barat yang membebaskan para pemilik modal mengeksploitasi buruh dan pekerja, mengangkangi kekayaan alam untuk diri mereka, dengan semua hal-hal yang buruk menurut kaum komunis.
Secara konsisten pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran negara-negara Eropa Barat (Austria , Belgia, Denmark, Finlandia, Prancis, Jerman, Itali, Belanda, Norway, Swedia, Switzerland, Inggris) lebih cepat dari negara sosialis. Negara-negara Eropa Barat ini mempunyai indeks kebebasan ekonominya antara 70 – 80. Keadaan ekonomi di negara-negara sosialis ini semakin terhambat perkembangannya ketika para politikus berpikir bahwa mereka perlu sirkus untuk mengalihkan perhatian masyarakat. Dan untuk melanggengkan kekuasaannya mereka perlu kekuatan. Sirkus perang dengan dalih menyebarluaskan paham ideologi komunisme/sosialisme dikobarkan di sana-sini. Dan produksi serta pengembangan produk lebih banyak menyentuh sektor persenjataan.
Produk apa yang terkenal dari negara-negara Uni Soviet? Pesawat tempur Mig, pesawat angkut Antonov 225 (produksi pertamanya tahun 1988) yang besarnya mengalahkan pesawat angkut Hercules C-5 Galaxy, dan bisa mengangkut pesawat ulangbalik luar angkasa. Kemudian berbagai tank dan helikopter tempur. Senapan serbu AK- 45 adalah senjata serbu terbaik di kelasnya. Di lain pihak, mobil merek Lada dan Moskvitch (buatan Russia) pada jamannya adalah mobil penumpang yang paling tidak menarik di dunia. Pada masa yang sama, Swedia punya Volvo; Jerman punya Porchse, VW, BMW dan Mercedes; Prancis punya Citroen dan Peugeot; Inggris punya Roll Royce; Itali punya Fiat, Lamborgini, Ferrari, yang semuanya jauh lebih menarik dan punya banyak keunggulan dari pada Lada dan Moskvitch. Kenapa Lada dan Moskvitch tidak menarik?, Karena di negara sosialis seperti Uni Soviet tidak ada yang peduli pada inovasi untuk kepuasan konsumen. Ketika ketidak-makmuran sudah menyentuh perut, atau paling tidak ketika melihat negara tetangga jauh lebih makmur, mobilnya lebih bagus, perangkat rumahnya lebih bagus, maka masyarakat tersadar bahwa campur tangan pemerintah dan ambisi politikus untuk mengembangkan ide sosialismenya ke seluruh dunia sebenarnya hanya menghambat pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran maka masyarakat memberontak dan pecahlah yang namanya Uni Soviet pada bulan Desember 1991 dan bubarlah komunisme.
Mungkin belum semuanya bubar, tetapi sudah ambruk dan menyisakan beberapa negara seperti Korea Utara, Kuba, dan beberapa lagi. Dan jangan lupa, masih ada lagi yang tersisa, yaitu buku-buku yang berisi pemikiran-pemikiran komunisme yang dikemudian hari bisa menyulut timbulnya negara komunis baru. Kesederhaannya dan menggiurkannya konsep komunisme membuka peluang yang sangat luas bahwa ideologi ini akan dipakai lagi oleh politikus dimasa depan untuk mengejar ambisinya. Setelah bubarnya blok komunis Eropa Pasca Pakta Warsawa (1955 – 1991), sebagian dari negara-negara bekas Uni Soviet ini membuka ekonominya dan sebagian masih menganut pola lamanya.
Secara keseluruhan terlihat adanya percepatan pertumbuhan ekonomi rataratanya seusai tahun 1999, dimana gejolak perubahan yang dimulai tahun 1990 mereda. Dalam hal kebebasan ekonomi, negara-negara bekas Uni Soviet ini tidak seragam. Indeks kebebasan ekonominya bervariasi antara 40 – 70, atau dari mulai kategori terkekang (repressed) sampai masih ada kebebasan (moderately free). Negara-negara Eropa Timur seperti Albania, Bulgaria, Czechoslovakia, Hungaria, Polandia, Romania, ex-Yugoslavia, yang sebelum tahun 1990 masuk dalam lingkungan pengaruh Uni Soviet (Pakta Warsawa), dalam perkembangannya, lebih aggresif dalam membongkar keterlibatan pemerintah di sektor ekonomi dibandingkan negara-negara bekas Uni Soviet. Indeks kebebasan ekonominya berada di level 60 – 69 dan masuk ke dalam kategori negara yang masih ada kebebasan (moderately free), bisa dilihat GDPnya mampu menyusul bekas induknya yaitu negara-negara bekas Uni Soviet.
Lain halnya dengan Cina, sejak tahun 1980, setelah revolusi kebudayaan (1966 – 1969) dan riak-riaknya sampai 1976, di bawah Deng Xioping mulai melakukan pelonggaran secara perlahan dan bertahap atas campur tangan pemerintah di dalam kehidupan pribadi orang dan juga ekonomi. Riak-riak kecil selalu ada karena tidak puas terhadap laju perubahan, seperti tragedi Tianamen 1989 yang terkenal karena adanya dokumentasi foto dan film yang dramatis dan bersejarah mengenai seorang demonstran menantang tank dan kemudian dilindas. Gejolak semacam ini bisa diredam. Pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran Cina mengalami percepatan yang bertahap sejak tahun 1980an. Tidak lama lagi akan mampu menyusul bekas rekan-rekan komunisnya di Eropa dan Asia Tengah. Untuk Korea Utara yang sampai saat ini masih mempertahankan peran pemerintah sebagai pengendali penuh ekonomi dan sendi-sendi kehidupan bangsa, kemakmuran ekonominya tidak beranjak kemana-mana. Kelaparan sering terjadi disana. Padahal Korea Selatang yang menjadi tetangganya adalah negara yang sangat makmur.
Kisah tragis sebuah ideologi yang bernama komunis dan sosialisme. Ideologi yang kedengarannya indah dan menjanjikan. Ketika lahir, ideologi ini memakan banyak korban nyawa dan harta. Sepanjang penerapannya juga memakan banyak korban jiwa manusia. Dan ketika runtuh ada kalanya menghancurkan ekonomi. Dan negara imperium komunis/sosialis yang terbesar, Uni Soviet hanya berumur 69 tahun saja (1922 – 1991). Umur yang terlalu singkat bagi sebuah imperium besar. Uni Soviet adalah kisah dimana orang berpaling kepada pemerintah ketika dalam kesulitan, menganggap pemerintah sebagai sang maha bisa yang mau menolong mereka. Walaupun mereka ini kebanyakan beragama Katholik Orthodoks Russia, mungkin tidak pernah membaca Bible mereka, paling tidak telah mengabaikannya. Mungkin Tuhan mereka telah marah karena orang-orang Uni Soviet telah menyandingkan para politikus dan birokrat denganNya....... Entahlah.
***
25 Financial Reckoning Day, William Bonner & Addison Wiggin, edisi I, 2003, John Wiley, hal 193.
Buku Penipu, Penipu Ulung dan Politikus.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus